Jangan Biarkan Ayah atau Kakek Kamu Pergi Sendiri!

,

Entah kenapa tiba - tiba saya mulai untuk menulis sebuah blog pribadi yang awalnya saya sendiri lebih menyimpan sebuah kisah dan hikmah dari apa yang telah saya dapatkan dan akan benar - benar saya bagikan hal tersebut kepada segelintir orang yang bertanya atau mampu membuatku harus menceritakannya.

Beberapa hari yang lalu ketika saya melakukan perjalanan dari Malang ke Surabaya menggunakan Bis, saya menjumpai seorang penumpang yaitu kakek yang sudah tua renta dengan barang bawaan yang tidak terlalu banyak namun sangat berat, yaitu sebuah beban timbangan (bahasa jawa: timbel).

kisah ayah dan anak
Saat itu hujan deras mengguyur arah Malang - Surabaya tanpa henti meski terkadang gerimis, dibalik kaca aku melihat banyak sekali siswa pulang sekolah kehujanan dan ada beberapa anak yang menggunakan jas hujan anak. Terlintas aku melihat seorang kakek yang sudah mulai kedinginan karena AC Bis yang mana bahkan ia mulai menggosok - nggosok kakinya dan sesekali mengangkat kakinya keatas. Kala itu hampir semua penumpang tidur terlelap dengan irama musik dangdut yang pelan dari sebuah bus, tanpa terkecuali si kakek tersebut. Lalu dalam beberapa menit lamanya si Kakek mulai terbangun, tanpa menunjukkan ekspresi bingungnya si kakek tidak sadar bahwa daerah tujuannya sudah terlewati jauh.

Perlahan - lahan si kakek mulai memajukan barang bawaannya ke arah supir / pintu depan satu persatu, entah saya rasa karena kakek tersebut tidak kuat untuk membawa semuanya. Ketika barang bawaannya sudah berada didepan, si kakek tersebut bertanya kepada kernet bis yang mana inti pertanyaannya adalah, turun kota aaa (maaf, sengaja tidak diberitahukan) nak, "Loh pak kota aaa wes keliwatan adoh, sampean mudun kene ae wes" Jawab si kernet bis. Dalam kondisi yang saat itu padat merayap si kernet membuka pintu bus dan si kakek mulai keluar dengan menggiring bawang bawaannya satu persatu tanpa ada yang membantunya.

cerita motivasi ayah dan anakJujur, entah kenapa saya merasa ada sesuatu yang tidak enak di hati yang mana saya hanya bisa melihat orang tua renta yang susah dalam membawa barang bahkan ia kesasar saat bepergian. Dalam hati saya menyesal kenapa tidak membantu, beberapa pikiran lain saya menjawab sebagai alasan kalau saya memang sedang terburu - buru untuk sampai karena janji dengan teman sudah terlambat.

Sempat terpikir, bagaimana jika hal itu terjadi pada Ayah/Kakek kamu? tanpa ada yang peduli terhadapnya. Dari hal - hal tersebut saya mulai berfikir, kemana saudara, anak atau cucu dari si Kakek tersebut hingga tega membiarkannya pergi sendirian, kepada siapa ia harus meminta tolong sedangkan mereka sudah tidak sesehat kita, tidak sehebat kita, tidak secanggih kita yang bisa memanfaatkan teknologi untuk menyampaikan pesan kepada orang lain?

Hal lain yang ada dibenak saya adalah, bukankah sangat sayang sekali jika kamu membiarkan ayah, kakek atau orang tuamu untuk pergi sendiri ? Padahal disaat bepergian, Ayahmu akan bercerita tentang sebuah pengalamannya, mengajarkan padamu hal yang pernah ia dapatkan, menanyakan kabarmu, menanyakan kabar dari pendidikan yang kamu tempuh dan lain sebagainya.

Kapan lagi kamu bisa berkomunikasi kepada ayah / kakek kamu, jika tidak melalui moment - moment kecil tersebut? terlebih sekarang waktumu mulai padat oleh aktifitas yang kamu buat - buat sendiri?

cerita motivasi ayah dan anakBukankah mereka juga pernah belajar, menempuh pendidikan, bekerja dan sebagainya di usia sebelum kamu, yang mana setidaknya kamu juga perlu belajar sesuatu kepada orang tua kamu ? Percayalah, orang tuamu juga tidak kalah hebat untuk dijadikan guru dikala kamu terlalu sibuk untuk berguru kepada orang lain.

Selama ini, apakah kamu pernah bepergian berdua bersama Kakek atau Ayah kamu?

You Might Also Like

0 komentar